LAPORAN PRAKTIKUM
PERENCANAAN DAN
EVALUASI LAHAN
Oleh:
Yohanes Altamirano
NIM. D1B1 09 035
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2013
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hutan adalah sebuah
kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan
lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di
dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon
dioksida (carbon dioxide sink), habitat
hewan,
modulator arus hidrologika, serta
pelestari tanah,
dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting. Suatu kumpulan pepohonan
dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas
setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan
hujan tropis,
rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembap,
yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun
berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang
sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian
penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan.
Hutan
sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu,
tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh
masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi
ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air,
penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang
lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global.
Pembangunan diwilayah saat ini memerlukan pengelolaan perencanaan
spasial yang lebih efektif dan efesien yang memberikan manfaat secara optimal,
serasi dan lingkungan yang berkelanjutan melalui suatu perencanaan. Evaluasi
sumberdaya lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi
sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya. Adapun kerangka dasar dari
evaluasi sumberdaya lahan adalah membandingkan persayaratan yang diperlukan
untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumberdaya yang ada pada
lahan tersebut. Sebagai dasar pemikiran utama dalam prosedur evaluasi adalah
kenyataan bahwa berbagai penggunaan lahan membutuhkan persyaratan yang
berbeda-beda. Analisis dan evaluasi kemampuan lahan mendukung proses dalam
penyusunan rencana penggunaan lahan di suatu wilayah yang disusun dengan cepat
dan tepat sebagai dasar pijakan dalam
mengatasi benturan pemanfaatan penggunaan lahan/sumberdaya alam ( Suratman dkk,
1993).
Pada dasarnya evaluasi sumberdaya
lahan membutuhkan keterangan-keterangan yang menyangkut tiga aspek utama yaitu
: lahan, penggunaan lahan dan aspek ekonomis. Data tentang lahan dapat
diperoleh dari kegiatan survai sumberdaya alam, termasuk survai tanah.
Kebutuhan untuk pengevaluasian lahan dirasa penting setelah disadari bahwa
pemetaan sumberdaya alam itu sendiri tidak akan memberikan petunjuk yang cukup
tentang bagaimana lahan dapat digunakan dan apa konsekuensi-konsekuensinya
(Sitorus, 2004).
Oleh karena itu, mahasiswa Jurusan Agroteknologi Universita
Halu Oleo mengadakan praktikum lapangan Perencanaan dan Evaluasi Lahan di hutan
Kampus Universitas Halu Oleo, Kendari.
B.
Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu:
1.
Untuk mengetahui
faktor pembatas pada tanaman kakao, tanamanan cengkeh dan tanaman kelapa sawit pada lahan hutan
kampus Universitas Halu Oleo.
2.
Untuk mengetahui
kelas
kesesuaian lahan dari ketiga
tanaman tersebut.
3.
Untuk mengetahui
teknologi yang dapat diterapkan dalam pengelolaan ketiga tanaman tersebut.
Kegunaan dari praktikum ini yaitu sebagai sumber informasi bagi
mahasiswa yang ingin mengetahui cara evaluasi perencanaan penggunaan lahan
serta sebagai bahan bacaan.
I.
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Konsep
Perencanaan
Secara sederhana perencanaan dapat dirumuskan
sebagai penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai sesuatu hasil yang
diinginkan. Tetapi biasanya secara lebih detail perencanaan dirumuskan
sebagai penetapan atau penyusunan langkah-langkah sebagai jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan berikut: apa yang harus dicapai, bilamana hal tersebut
harus dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai,
siapa yang bertanggung jawab atas pencapaian tujuan, dan mengapa sesuatu
hal harus dicapai (Yogarananda,
2012).
Perencanaan
adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan
baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil
kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Uno, 2008 dalam Rahman, 2013).
Perencanaan penggunaan lahan merupakan suatu metode yang digunakan
yaitu merupakan penilaian yang sistematik terhadap lahan untuk mendapatkan
alternatif penggunaan lahan dan memperoleh opsi yang terbaik dalam memanfaatkan
lahan agar terpenuhi kebutuhan manusia dengan tetap menjaga agar lahan tetap
dapat digunakan pada masa yang akan datang (FA0, 1985).
B.
Evaluasi
Lahan
Dent
and Young (1987) menyatakan bahwa evaluasi lahan suatu proses untuk
memprakirakan potensi lahan untuk penggunan tertentu termasuk didalamnya
penggunaan lahan untuk tanaman pangan, perkebunan, daerah turis, pemukiman dan
daerah konservasi. Dengan demikian dalam mengevaluasi lahan diperlukan banyak
ahli dalam bidangnya masing-masing, sebagai contoh dalam evaluasi lahan untuk
pertanian memerlukan ahli dalam bidang tanah, agronomi, hidrologi, biologi dan
ekologi yang dibentuk menjadi satu tim yang akan mengambil keputusan dalam
menentukan kesesuaian lahan (Nasution, 2003). Hasil dari evaluasi lahan
merupakan dasar bagi pengambil keputusan untuk menetapkan penggunaan lahan dan
pengelolaan yang diperlukan.
Kesesuaian
lahan untuk penggunaan tertentu biasanya dievaluasi dengan menggunakan
karakteristik lahan atau kualitas lahan. Karakteristik lahan merupakan
kelengkapan lahan itu sendiri, yang dapat dihitung atau diperkirakan seperti
curah hujan, tekstur tanah dan ketersediaan air, sedangkan kualitas lahan lebih
merupakan sifat tanah yang lebih kompleks, seperti kesesuaian kelembaban tanah,
ketahanan terhadap erosi dan bahaya banjir (FAO, 1977).
Cara-cara
dalam evaluasi lahan dibagi menjadi 2 yaitu cara langsung dan tidak langsung
(Sitorus, 1985). Cara langsung dilakukan dengan melihat kenampakan
dilapangan namun hal ini akan terkendala dengan data. Data yang tidak lengkap
menyebabkan evaluasi secara langsung sukar dilakukan sehingga cara langsung ini
sudah banyak ditinggalkan dan menggunakan cara tidak langsung. Cara tidak
langsung dinilai memiliki keunggulan baik dari segi biaya dan waktu karena pada
cara ini digunakan suatu pembatas yaitu satuan pemetaan tanah dengan asumsi
bahwa pada satu karakteristik akan menghasilkan produk yang sama ketika
lahan digunakan untuk kepentingan tertentu. Tahapan dalam evaluasi lahan secara
tidak langsung dapat dilihat pada gambar 2 .Penilaian lahan dapat dilakukan
menggunakan 3 kriteria yaitu kemampuan lahan, kesesuaian dan nilai lahan
(Sitorus, 1985).
Fungsi
evaluasi sumberdaya lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan-hubungan
antara kondisi lahan dan penggunannya serta memberikan kepada perencana
berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan
berhasil. Dengan demikian manfaat yang mendasar dari evaluasi sumberdaya lahan
adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta
memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang akan
dilakukan (Sitorus, 2004).
I.
METODE
PRAKTIKUM
A.
Lokasi
dan Waktu Penelitian
Praktikum
ini dilaksanakan di sekitar hutan kampus Universitas Halu Oleo, pada bulan
Oktober sampai November 2013, pukul 07.00 hingga selesai.
B.
Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah kompas, tali nilon, meteran, plastik,
kayu patok, parang, pacul,bor tanah, kamera dan alat tulis menulis. Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah sampel tanah dan peta kerja.
C.
Prosedur
Praktikum
1.
Survei
Lahan
Dalam
survei lahan, hal pertama yang dilakukan adalah menetukan titik lokasi awal
untuk memulai pembidikan, yang dilakukan di pinggir hutan kampus. Setelah
pemasangan titik awal, kemudian dilakukan penentuan jarak dan derajad dengan
menggunakan kompas dan meteran, setelah itu dicatat jarak serta derajad yang
ditentukan melalui pembidikan/grid. Setelah penetuan titik-titik pinggir hutan,
kemudian dibuatkan peta kerja. Peta kerja ini yang akan digunakan di dalam
hutan untuk menetukan titik-titik pengambilan sampel tanah didalam hutan.
Dalam
penetuan pengambilan titik didalam hutan, pengambilan sampel tanah dilakukan
dengan cara menggrid dengan menggunakan kompas, adapun jarak yang digunakan
berpatoakan dengan jarak 25 meter, hal ini sesuai dengan skala peta kerja yang
dibuat sebelumnya setelah penentuan titik-titik pinggir hutan. Tiap jarak 25
meter, dilakukan pengambilan sampel tanah yang kemudian diberi label.
2.
Identifikasi
Profil
Identifikasi
profil, dilakukan dengan menggali tanah pada titik-titik yang telah ditentukan
berdasarkan peta kerja. Penggalian tanah dilakukan dengan ukuran 2 meter x 2
meter kebawah hingga menemukan batuan induk. Jika batuan induk ditemukan,
penggalian dihentian, kemudian, dilakukan identifikasi profil tanah, lalu
dicatat hasilnya.
I.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Hasil
pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Hasil
analisis tanah
Karakteristik
Lahan
|
Hasil
Analisis
|
Temperatur rerata (oC)
|
31
|
Bulan kering (bln)
|
4
|
Curah hujan (mm)
|
1456
|
Drainase
|
Baik
|
Tekstur
|
Lempung liat berdebu
|
Kedalaman tanah (cm)
|
118
|
KTK tanah
|
Rendah
|
pH H2O
|
4,7
|
N total
|
Rendah
|
P2O5 tersedia
|
Rendah
|
K2O tersedia
|
Rendah
|
Lereng (%)
|
8
|
Batuan permukaan
|
-
|
Singkapan batuan
|
-
|
Tabel 2. Kesesuaian lahan untuk
tanaman kakao (Theobroma cacao L.),
cengkeh (Eugenia aromatica L.) dan
kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack.)
Karakteristik
Lahan
|
Kakao
|
Cengkeh
|
Kelapa
Sawit
|
Temperatur rerata (oC)
|
S2
|
S2
|
S2
|
Bulan kering (bln)
|
S3
|
S3
|
S3
|
Curah hujan (mm)
|
S3
|
S3
|
S2
|
Drainase
|
S1
|
S1
|
S1
|
Tekstur
|
S1
|
S1
|
S1
|
Kedalaman tanah (cm)
|
S1
|
S1
|
S1
|
KTK tanah
|
S2
|
S2
|
S2
|
pH H2O
|
S3
|
S2
|
S2
|
N total
|
-
|
-
|
-
|
P2O5 tersedia
|
-
|
-
|
-
|
K2O tersedia
|
-
|
-
|
-
|
Lereng (%)
|
S2
|
S2
|
S2
|
Batuan permukaan
|
S1
|
S1
|
S1
|
Singkapan batuan
|
S1
|
S1
|
S1
|
B.
Pembahasan
Kesesuaian lahan menggambarkan kecocokan lahan
terhadap tanaman tertentu (Sitorus, 1985). Kesesuaian lahan lebih
memfokuskan perhatiannya pada jenis tanaman tertentu saja yang pada intinya
analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan memadukan kebutuhan tanaman atau
persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan. Kelas kesesuaian lahan
juga menggunakan pembatas seperti dalam kemampuan lahan namun tidak dituliskan
dalam klasifikasi. Kelas kesesuaian lahan yang diklasifikasi merupakan kelas
terjelek dari kondisi lahan sehingga yang ditampakkan adalah kondisi yang
paling buruk bagi suatu tanaman. Semakin rumit pengelolaan lahan yang
diperlukan maka tingkat kesesuaian lahannya semakin rendah, hal ini juga
berkaitan dengan konservasi yang hendak diterapkan.Kelas kesesuaian lahan
terbagi menjadi empat tingkat, yaitu : sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai
marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Pengelolaan lahan dilakukan pada suatu
satuan lahan untuk mementukan keputusan yang tentu berbeda antara satuan lahan
yang satu dengan lahan yang lain. (Rossiter, 1994 dalam Nasution, 2005).
Berdasarkan
tabel 2 diatas dapat dilihat hasil kesesuaian lahan untuk tanaman kakao,
cengkeh dan kelapa sawit dari hasil
analisis tanah yang dilakukan di lahan kampus universitas Halu oleo. Tanaman
kakao memiliki tiga faktor pembatas paling tinggi yaitu S3 (bulan kering, curah
hujan dan pH H2O) memiliki bulan kering yang panjang dan curah hujan
yang rendah yaitu 1456 sehingga kebutuhan air tanaman kurang dan pH nya rendah
yaitu 4,7. Untuk tanamana cengkeh memiliki dua faktor pembatas S3 yaitu (bulan
kering dan curah hujan), sedangkan tanaman kelapa sawit memiliki 1 faktor
pembatas S3 yaitu bulan kering berturut-turut selama 4 bulan.
Kelas
dari ketiga tanaman tersebut adalah sesuai marjinal (S3) artinya lahan ini
mempunyai pembatas-pembatas yang sangat berat utuk pengembangan dari ketiga
tanaman ini. Pembatas tersebut akan mengurangi produktivitas atau keuntungan
dan perlu menaikkan masukkan yang diperlukan.
Teknologi yang dapat diterapkan dalam pengelolaanya yaitu dengan teknologi irigasi tetes. irigasi tetes yang digunakan adalah dengan menggunakan pipa - pipa berukuran sedang. pipa tersebut dipasang di sekitar tanamaan dan dibuatkan wadah kecil dekat perakaran, lalu dialiri air melalui wadah tersebut setetes demi setetes. Berdarkan peneletian yang telah dilakukuan sebelumnya, bahwa dengan pengairanini sangat efektif dan efisien dalam pengairan sehingga kekurangan air dapat diantisipasi selama bulan kering. Kemudian untuk menaikan pH yang rendah pada lahan Kakao dapat diterapkan dengan memberikan kapur pada lahan setelah dilakukan pengolahan lahan.
I.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Tanaman kakao memiliki
tiga faktor pembatas yaitu (bulan kering, curah hujan dan pH H2O),
tanamana cengkeh memiliki dua faktor pembatas yaitu (bulan kering dan curah
hujan), sedangkan tanaman kelapa sawit memiliki 1 faktor pembatas yaitu bulan
kering berturut-turut selama 4 bulan.
2.
Kelas dari ketiga
tanaman tersebut adalah sesuai marjinal (S3)
3. Teknologi yang dapat diterapkan dalam pengelolaanya yaitu dengan teknologi irigasi tetes dan pengapuran.
B. Saran
Saran yang dapat saya ajukan dalam
praktikum ini yaitu agar praktikum kedepannya dapat ditingkatkan lagi dengan
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
FAO, 1977. Guldelines for soil profile description
(2ndedition). Soil Resources Development and Conservation Service.
Rome Land and Water Devlopment Division. Fao of the United Nations . 66 p.
FAO, 1985. Guldelines: Land evaluation for irrigated
agriculture. FAO Soils Bulletin 55. Rome. FAO of the united Nations. 231 p.
Nasution, Zulkifli ,2003. Land and Forest Management
in the Lake Toba Catchment Area. Universiti Sains Malaysia.
Rahman, 2013. Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran. http://konsep-dasar-perencanaan-pembelajaran.html. Di akses pada tanggal 9 November 2013.
Sitorus, Santan R.P, 1985. Evaluasi Sumberdaya
Lahan. PT. Tarsito, Bandung.
Suratman Worosuprojo, Suharyadi, Suharyanto, 1993.
Evaluasi Kemampuan Lahan untuk Perencanaan Penggunaan Lahan dengan Metode GIS
Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, UGM.