Senin, 09 Desember 2013

laporan praktikum perencanaan dan evaluasi lahan


LAPORAN PRAKTIKUM
PERENCANAAN DAN EVALUASI LAHAN

Oleh:
Yohanes Altamirano
NIM. D1B1 09 035








PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2013




I.         PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting. Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembap, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan.
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global.
Pembangunan diwilayah saat ini memerlukan pengelolaan perencanaan spasial yang lebih efektif dan efesien yang memberikan manfaat secara optimal, serasi dan lingkungan yang berkelanjutan melalui suatu perencanaan. Evaluasi sumberdaya lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya. Adapun kerangka dasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah membandingkan persayaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumberdaya yang ada pada lahan tersebut. Sebagai dasar pemikiran utama dalam prosedur evaluasi adalah kenyataan bahwa berbagai penggunaan lahan membutuhkan persyaratan yang berbeda-beda. Analisis dan evaluasi kemampuan lahan mendukung proses dalam penyusunan rencana penggunaan lahan di suatu wilayah yang disusun dengan cepat dan tepat sebagai dasar pijakan  dalam mengatasi benturan pemanfaatan penggunaan lahan/sumberdaya alam ( Suratman dkk, 1993).
            Pada dasarnya evaluasi sumberdaya lahan membutuhkan keterangan-keterangan yang menyangkut tiga aspek utama yaitu : lahan, penggunaan lahan dan aspek ekonomis. Data tentang lahan dapat diperoleh dari kegiatan survai sumberdaya alam, termasuk survai tanah. Kebutuhan untuk pengevaluasian lahan dirasa penting setelah disadari bahwa pemetaan sumberdaya alam itu sendiri tidak akan memberikan petunjuk yang cukup tentang bagaimana lahan dapat digunakan dan apa konsekuensi-konsekuensinya (Sitorus, 2004).
Oleh karena itu, mahasiswa Jurusan Agroteknologi Universita Halu Oleo mengadakan praktikum lapangan Perencanaan dan Evaluasi Lahan di hutan Kampus Universitas Halu Oleo, Kendari.
B.       Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu:
1.        Untuk mengetahui faktor pembatas pada tanaman kakao, tanamanan cengkeh dan tanaman kelapa sawit pada lahan hutan kampus Universitas Halu Oleo.
2.        Untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan dari ketiga tanaman tersebut.
3.        Untuk mengetahui teknologi yang dapat diterapkan dalam pengelolaan ketiga tanaman tersebut.
Kegunaan dari praktikum ini yaitu sebagai sumber informasi bagi mahasiswa yang ingin mengetahui cara evaluasi perencanaan penggunaan lahan serta sebagai bahan bacaan.














I.         TINJAUAN PUSTAKA
A.      Konsep Perencanaan
Secara sederhana perencanaan dapat dirumuskan sebagai penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkan.  Tetapi biasanya secara lebih detail perencanaan dirumuskan sebagai penetapan atau penyusunan langkah-langkah sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut: apa yang harus dicapai, bilamana hal tersebut harus dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai, siapa yang  bertanggung jawab atas pencapaian tujuan, dan mengapa sesuatu hal harus dicapai (Yogarananda, 2012).
Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Uno, 2008 dalam Rahman, 2013).
Perencanaan penggunaan lahan merupakan suatu metode yang digunakan yaitu merupakan penilaian yang sistematik terhadap lahan untuk mendapatkan alternatif penggunaan lahan dan memperoleh opsi yang terbaik dalam memanfaatkan lahan agar terpenuhi kebutuhan manusia dengan tetap menjaga agar lahan tetap dapat digunakan pada masa yang akan datang (FA0, 1985).
B.       Evaluasi Lahan
Dent and Young (1987) menyatakan bahwa evaluasi lahan suatu proses untuk memprakirakan potensi lahan untuk penggunan tertentu termasuk didalamnya penggunaan lahan untuk tanaman pangan, perkebunan, daerah turis, pemukiman dan daerah konservasi. Dengan demikian dalam mengevaluasi lahan diperlukan banyak ahli dalam bidangnya masing-masing, sebagai contoh dalam evaluasi lahan untuk pertanian memerlukan ahli dalam bidang tanah, agronomi, hidrologi, biologi dan ekologi yang dibentuk menjadi satu tim yang akan mengambil keputusan dalam menentukan kesesuaian lahan (Nasution, 2003). Hasil dari evaluasi lahan merupakan dasar bagi pengambil keputusan untuk menetapkan penggunaan lahan dan pengelolaan yang diperlukan.
Kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu biasanya dievaluasi dengan menggunakan karakteristik lahan atau kualitas lahan. Karakteristik lahan merupakan kelengkapan lahan itu sendiri, yang dapat dihitung atau diperkirakan seperti curah hujan, tekstur tanah dan ketersediaan air, sedangkan kualitas lahan lebih merupakan sifat tanah yang lebih kompleks, seperti kesesuaian kelembaban tanah, ketahanan terhadap erosi dan bahaya banjir (FAO, 1977).
Cara-cara dalam evaluasi lahan dibagi menjadi 2 yaitu cara langsung dan tidak langsung (Sitorus, 1985). Cara langsung dilakukan dengan  melihat kenampakan dilapangan namun hal ini akan terkendala dengan data. Data yang tidak lengkap menyebabkan evaluasi secara langsung sukar dilakukan sehingga cara langsung ini sudah banyak ditinggalkan dan menggunakan cara tidak langsung. Cara tidak langsung dinilai memiliki keunggulan baik dari segi biaya dan waktu karena pada cara ini digunakan suatu pembatas yaitu satuan pemetaan tanah dengan asumsi bahwa pada satu karakteristik  akan menghasilkan produk yang sama ketika lahan digunakan untuk kepentingan tertentu. Tahapan dalam evaluasi lahan secara tidak langsung dapat dilihat pada gambar 2 .Penilaian lahan dapat dilakukan menggunakan 3 kriteria yaitu kemampuan lahan, kesesuaian dan nilai lahan (Sitorus, 1985).
Fungsi evaluasi sumberdaya lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil. Dengan demikian manfaat yang mendasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan (Sitorus, 2004).











I.                   METODE PRAKTIKUM
A.      Lokasi dan Waktu Penelitian
Praktikum ini dilaksanakan di sekitar hutan kampus Universitas Halu Oleo, pada bulan Oktober sampai November 2013, pukul 07.00 hingga selesai.
B.       Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kompas, tali nilon, meteran, plastik, kayu patok, parang, pacul,bor tanah, kamera dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel tanah dan peta kerja.
C.      Prosedur Praktikum
1.        Survei Lahan
Dalam survei lahan, hal pertama yang dilakukan adalah menetukan titik lokasi awal untuk memulai pembidikan, yang dilakukan di pinggir hutan kampus. Setelah pemasangan titik awal, kemudian dilakukan penentuan jarak dan derajad dengan menggunakan kompas dan meteran, setelah itu dicatat jarak serta derajad yang ditentukan melalui pembidikan/grid. Setelah penetuan titik-titik pinggir hutan, kemudian dibuatkan peta kerja. Peta kerja ini yang akan digunakan di dalam hutan untuk menetukan titik-titik pengambilan sampel tanah didalam hutan.
Dalam penetuan pengambilan titik didalam hutan, pengambilan sampel tanah dilakukan dengan cara menggrid dengan menggunakan kompas, adapun jarak yang digunakan berpatoakan dengan jarak 25 meter, hal ini sesuai dengan skala peta kerja yang dibuat sebelumnya setelah penentuan titik-titik pinggir hutan. Tiap jarak 25 meter, dilakukan pengambilan sampel tanah yang kemudian diberi label.
2.        Identifikasi Profil
Identifikasi profil, dilakukan dengan menggali tanah pada titik-titik yang telah ditentukan berdasarkan peta kerja. Penggalian tanah dilakukan dengan ukuran 2 meter x 2 meter kebawah hingga menemukan batuan induk. Jika batuan induk ditemukan, penggalian dihentian, kemudian, dilakukan identifikasi profil tanah, lalu dicatat hasilnya.












I.                   HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Hasil analisis tanah
Karakteristik Lahan
Hasil Analisis

Temperatur rerata (oC)
31
Bulan kering (bln)
4
Curah hujan (mm)
1456
Drainase
Baik
Tekstur
Lempung liat berdebu
Kedalaman tanah (cm)
118
KTK tanah
Rendah
pH H2O
4,7
N total
Rendah
P2O5 tersedia
Rendah
K2O tersedia
Rendah
Lereng (%)
8
Batuan permukaan
-
Singkapan batuan
-

Tabel 2. Kesesuaian lahan untuk tanaman kakao (Theobroma cacao L.), cengkeh (Eugenia aromatica L.) dan kelapa  sawit (Elaeis guinensis Jack.)

Karakteristik Lahan
Kakao
Cengkeh
Kelapa Sawit
Temperatur rerata (oC)
S2
S2
S2
Bulan kering (bln)
S3
S3
S3
Curah hujan (mm)
S3
S3
S2
Drainase
S1
S1
S1
Tekstur
S1
S1
S1
Kedalaman tanah (cm)
S1
S1
S1
KTK tanah
S2
S2
S2
pH H2O
S3
S2
S2
N total
-
-
-
P2O5 tersedia
-
-
-
K2O tersedia
-
-
-
Lereng (%)
S2
S2
S2
Batuan permukaan
S1
S1
S1
Singkapan batuan
S1
S1
S1
B.       Pembahasan
Kesesuaian lahan menggambarkan kecocokan lahan terhadap tanaman tertentu (Sitorus, 1985).  Kesesuaian lahan lebih memfokuskan perhatiannya pada jenis tanaman tertentu saja yang pada intinya analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan memadukan kebutuhan tanaman atau persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan. Kelas kesesuaian lahan juga menggunakan pembatas seperti dalam kemampuan lahan namun tidak dituliskan dalam klasifikasi. Kelas kesesuaian lahan yang diklasifikasi merupakan kelas terjelek dari kondisi lahan sehingga yang ditampakkan adalah kondisi yang paling buruk bagi suatu tanaman. Semakin rumit pengelolaan lahan yang diperlukan maka tingkat kesesuaian lahannya semakin rendah, hal ini juga berkaitan dengan konservasi yang hendak diterapkan.Kelas kesesuaian lahan terbagi menjadi empat tingkat, yaitu : sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Pengelolaan lahan dilakukan pada suatu satuan lahan untuk mementukan keputusan yang tentu berbeda antara satuan lahan yang satu dengan lahan yang lain. (Rossiter, 1994 dalam Nasution, 2005).
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat hasil kesesuaian lahan untuk tanaman kakao, cengkeh dan kelapa sawit    dari hasil analisis tanah yang dilakukan di lahan kampus universitas Halu oleo. Tanaman kakao memiliki tiga faktor pembatas paling tinggi yaitu S3 (bulan kering, curah hujan dan pH H2O) memiliki bulan kering yang panjang dan curah hujan yang rendah yaitu 1456 sehingga kebutuhan air tanaman kurang dan pH nya rendah yaitu 4,7. Untuk tanamana cengkeh memiliki dua faktor pembatas S3 yaitu (bulan kering dan curah hujan), sedangkan tanaman kelapa sawit memiliki 1 faktor pembatas S3 yaitu bulan kering berturut-turut selama 4 bulan.
Kelas dari ketiga tanaman tersebut adalah sesuai marjinal (S3) artinya lahan ini mempunyai pembatas-pembatas yang sangat berat utuk pengembangan dari ketiga tanaman ini. Pembatas tersebut akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan perlu menaikkan masukkan yang diperlukan.
            Teknologi yang dapat diterapkan dalam pengelolaanya yaitu dengan teknologi irigasi tetes. irigasi tetes yang digunakan adalah dengan menggunakan pipa - pipa berukuran sedang. pipa tersebut dipasang di sekitar tanamaan dan dibuatkan wadah kecil dekat perakaran, lalu dialiri air melalui wadah tersebut setetes demi setetes. Berdarkan peneletian yang telah dilakukuan sebelumnya, bahwa dengan pengairanini sangat efektif dan efisien dalam pengairan sehingga kekurangan air dapat diantisipasi selama bulan kering. Kemudian untuk menaikan pH yang rendah pada lahan Kakao dapat diterapkan dengan memberikan kapur pada lahan setelah dilakukan pengolahan lahan.




I.              PENUTUP
A.      Kesimpulan
1.        Tanaman kakao memiliki tiga faktor pembatas yaitu (bulan kering, curah hujan dan pH H2O), tanamana cengkeh memiliki dua faktor pembatas yaitu (bulan kering dan curah hujan), sedangkan tanaman kelapa sawit memiliki 1 faktor pembatas yaitu bulan kering berturut-turut selama 4 bulan.
2.        Kelas dari ketiga tanaman tersebut adalah sesuai marjinal (S3)
3.    Teknologi yang dapat diterapkan dalam pengelolaanya yaitu dengan teknologi irigasi tetes dan pengapuran.
B.       Saran
Saran yang dapat saya ajukan dalam praktikum ini yaitu agar praktikum kedepannya dapat ditingkatkan lagi dengan dengan baik.






DAFTAR PUSTAKA
FAO, 1977. Guldelines for soil profile description (2ndedition). Soil Resources Development and Conservation Service. Rome Land and Water Devlopment Division. Fao of the United Nations . 66 p.

FAO, 1985. Guldelines: Land evaluation for irrigated agriculture. FAO Soils Bulletin 55. Rome. FAO of the united Nations. 231 p.
Nasution, Zulkifli ,2003. Land and Forest Management in the Lake Toba Catchment Area. Universiti Sains Malaysia.

Rahman, 2013. Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran. http://konsep-dasar-perencanaan-pembelajaran.html. Di akses pada tanggal 9 November 2013.

Sitorus, Santan R.P, 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. PT. Tarsito, Bandung.

Suratman Worosuprojo, Suharyadi, Suharyanto, 1993. Evaluasi Kemampuan Lahan untuk Perencanaan Penggunaan Lahan dengan Metode GIS Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, UGM.

Yogarananda, 2012 Konsep – Konsep Dasar Perencanaan.  http://yogarananda.wordpress.com/2012/11/23/konsep-dasar-perencanaan